PENGUNGKAPAN DAN PELAPORAN
TUGAS 3.3 PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR)
Menurut Hackston dan Milne
(1996), tanggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga sebagai corporate
social reporting, social accounting, social disclosure atau corporate social
responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan
dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan
dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Untung (2008), alasan
utama pengungkapan sosial dilakukan dalam tanggung jawab perusahaan adalah agar
pihak investor dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan
keputasan investasi. Juga hal ini dilakukan perusahaan untuk memperoleh nilai
tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari
penggunaan sumber-sumber sosial (social resources).
Menurut Anggusti (2010:39), cara
pandang perusahaan melaksanakan CSR umumnya diklasifikasikan dalam tiga
kategori.
1. Sekedar
basa basi dan keterpaksaan. CSR diterapkan lebih karena tekanan faktor
eksternal.
2. Sebagai
upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena
memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya.
3. Bukan
lagi sekedar kewajiban, tapi lebih dari sekedar kewajiban (beyond compliance).
CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pengungkapan tanggung jawab
sosial dapat diukur dengan proksi Corporate Social Responsibility Disclosure
Index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) yang diperoleh
dari website www.globalreporting.org. Indikator GRI ini terdiri dari tiga fokus
pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai dasar
sustainability. Pengukuran CSRDI dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
Marpaung (2009) yang mengelompokan informasi CSR ke dalam kategori: masyarakat,
konsumen dan tenaga kerja, karena item-item pengungkapan CSR di dalamnya sangat
cocok dijadikan pengukur variabel dependen. Kategori pengungkapan CSR terlampir
pada daftar kategori pengungkapan corporate social responsibility yang
terlampir dalam lampiran ii. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan content
analysis dalam mengukur variety dari CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya
menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen
penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan.
Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan
skor untuk setiap perusahaan.
Dauman dan Hargreaves (1992)
dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi
menjadi tiga level sebagai berikut :
1.
Basic responsibility (BR)
Pada level pertama, menghubungkan
tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan
perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum,
memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab
pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius.
2.
Organization responsibility (OR)
Pada level kedua ini menunjukan
tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder”
seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3.
Sociental responses (SR)
Pada level ketiga, menunjukan
tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang
demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan,
terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.
Karakteristik Perusahaan Dalam
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki
karakteristik yang berbeda satu entitas dengan entitas lainnya. Menurut Lang
and Lundholm dalam Anggraini (2006) “karakteristik perusahaan meliputi antara
lain struktur permodalan, pemilik saham, profitabilitas, leverage, ukuran
perusahaan, struktur kepemilikan, sektor perusahaan, status perusahaan, dan
lain-lain.” Karakterisitik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan sosial
diproksikan ke dalam ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris,
dan tingkat financial leverage.
1.
Ukuran
Perusahaan
Menurut Mulianti (2010), ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh penting terhadap integrasi antar bagian dalam
perusahaan, hal ini disebabkan karena ukuran perusahaan yang besar memiliki
sumber daya pendukung yang lebih besar dibanding perusahaan yang lebih kecil.
Pada suatu perusahaan yang kecil maka kompleksitas yang terdapat dalam
organisasi juga kecil. Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan
kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan, sedangkan perusahaan besar
dapat mengakses pasar modal.
Ukuran perusahaan merupakan
variabel yang digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan
perusahaan dalamlaporan tahunan yang
dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak
daripada perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar akan
menghadapi resiko politis yang lebih besar yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggung jawaban sosial daripada perusahaan kecil. Teori agensi menyatakan
apabila ukuran perusahaan lebih besar, maka biaya keagenan yang dikeluarkan
juga lebih besar, sehingga untuk mengurangi biaya keagenan tersebut perusahaan
akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Perusahaan yang lebih
besar akan mendapat sorotan yang lebih banyak dari masyarakat sehingga
pengungkapan yang lebih besar merupakan cara untuk mengurangi biaya politis
sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaaan (Sembiring, 2005).
2.
Tingkat Profitabilitas
Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir,
2004). Bila perusahaan ingin tetap hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang,
maka perusahaan harus memperoleh laba atau dengan kata lain perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable).
Menurut Heinze dalam Hackston dan
Milne (1996), profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada
pemegang saham, sedangkan menurut teori keagenan mengatakan semakin besar
perolehan laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang diungkapkan
perusahaan. Itu dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Hal ini
berarti, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosialnya
3.
Tingkat Financial Leverage
Menurut Kasmir (2009:150),
“leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
atau jangka panjang”. Rasio leverage digunakan untuk memberikangambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko
tak tertagihnya suatu hutang.
Dalam perjanjian terbatas seperti
perjanjian hutang yang tergambar dalam tingkat leverage dimaksudkan membatasi
kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar pemegang saham
dan pemegang obligasi. Tambahan informasi seperti informasi sosial diperlukan
untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak
mereka sebagai kreditur (Meek, et.al dalam Sulastini (2007)). Oleh karena itu
perusahaan dengan rasio leverage yang
tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan leverage yang rendah.
4.
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan
mekanisme pengensalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor
tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagi anggota dewan
komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara
efektif (Fama dan Jasen dalam Sitepu 2009).
Dewan komisaris terdiri dari
inside dan outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang
berharga dan sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat
efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi dewan komisaris itu
sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh
manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen
memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi,
2002).
Menurut Coller dan Gregor dalam
Sitepu (2009) menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris maka akan
semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring, sehingga yang dilakukan
akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka
tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beasly (2000).
Jurnal Penelitian Tentang Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR)
No.
|
Nama
Peneliti/ Nama Jurnal/ Volume/ Tahun/ Halama
|
Judul
Penelitian
|
Hasil
Penelitian
|
1.
|
Maria
Wijaya
JURNAL
ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI – VOL 1, NO. 1, JANUARI 2012, Hal. 26-30
|
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
|
1. Ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Penyebabnya
karena dewan komisaris menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas
operasional yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivitas sosial.
Kalau perusahaan tidak melakukan aktivitas sosial, otomatis perusahaan tidak
akan mengungkapkan tanggung jawab sosial apa saja yang sudah dilakukan
perusahaan.
2. Leverage tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Penyebabnya adalah
sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang
mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverege
perusahaan.
3. Ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dengan arah positif.
Dengan demikian perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada
perusahaan kecil.
4. Profitabilitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab. Penyebabnya adalah
ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang rendah, perusahaan berharap para
pengguna laporan akan membaca “good news” tentang kinerja perusahaan
5. Kinerja Lingkungan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Penyebabnya karena pengungkapan tanggung jawab sosial yang diungkapkan
perusahaan yang masuk kedalam PROPER tidak banyak diungkapkan di laporan
tahunan, skor terbanyak hanya 27 item pengungkapan tanggung jawab sosial. Dan
kinerja lingkungan perusahaan-perusahaan relatif tidak jauh berbeda dengan
tahun sebelumnya.
|
2.
|
Ni
Wayan Oktariani & Ni Putu Sri Harta Mimba
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3, Tahun
2014, Halaman 402-418
|
Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Dan Tanggung Jawab Lingkungan Pada Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
|
Hutang,
profitabilitas, tanggung jawab lingkungan berpengaruh signifikan pada pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012. Ukuran perusahaan, kepemilikan, saham asing dan komposisi dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan pada pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2012.
|
3.
|
Aditya
Dharmawan Krisna & Novrys Suhardianto, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 18, No. 2, November 2016, Halaman 119-128, ISSN 1411-0288 print / ISSN
2338-8137 online
|
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
|
Ukuran
perusahaan dan komite audit terbukti memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Hal ini menunjukkan bahwa visibilitas politik dan mekanisme tata kelola perusahaan
berperan dalam menentukan luas pengungkapan CSR. Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan pengaruh profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris, dan ukuran dewan direksi terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Secara
garis besar, penelitian ini tidak mampu mendukung teori stakeholder yang menyatakan
bahwa setiap pemangku kepentingan mampu mempengaruhi perusahaan. Hal ini
dikarenakan leverage, kepemilikan institusi, dewan direksi, dan dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial.
Penelitian ini juga tidak mampu membuktikan teori legitimasi dan kontrak
sosial. Para pemangku kepentingan perusahaan bisa jadi tidak terlalu
memperdulikan perolehan legitimasi dan kontrak sosial. Namun, tidak menutup
kemungkinan bahwa pemangku kepentingan tetap memperhatikan legitimasi dan
kontrak sosial.
Dobers
dan Halme (2009) menyatakan bahwa kekuatan institusi lingkungan negara
berkembang, seperti Indonesia, berkontribusi pada rendahnya kegiatan dan
pengungkapan CSR. Jamali dan Mirshak (2007) juga menegaskan bahwa kondisi
institusional negara berkembang dalam menekankan kegiatan dan pengungkapan CSR
mempengaruhi hasil penelitian pengungkapan CSR
|
Sumber :
Did you realize there is a 12 word phrase you can speak to your crush... that will trigger intense emotions of love and instinctual attractiveness for you buried within his chest?
ReplyDeleteThat's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, treasure and look after you with his entire heart...
12 Words Will Trigger A Man's Love Response
This instinct is so hardwired into a man's mind that it will drive him to work harder than before to make your relationship the best part of both of your lives.
Matter of fact, triggering this dominant instinct is so important to having the best possible relationship with your man that the second you send your man a "Secret Signal"...
...You'll soon notice him expose his soul and mind to you in a way he never expressed before and he will identify you as the one and only woman in the universe who has ever truly understood him.